Pada tahun 2017 dengan izin Allah saya melaksanakan umrah dan singkat cerita ketika di kota Madinah saya menyempatkan untuk Muqobalah (tes penerimaan) di Universitas Islam Madinah (UIM). ketika itu saya diantar oleh kakak kelas saya ketika SMA yang sekarang beliau sudah menyelesaikan studi S2 di UIM.
Sebelum Muqobalah saya diajak terlebih dahulu untuk mengelilingi kampus, jumpa serta makan bersama dengan mahasiswa dan alumni yang masih satu almameter. Saya diberi nasihat dan kiat-kiat mengenai apa saja yang perlu dipersiapkan atau yang biasanya ditanya oleh syekh ketika muqobalah berlangsung.
Setelah makan bersama, saya langsung diantar ke gedung penerimaan mahasiswa baru di UIM, sesampainya di gedung tersebut saya langsung menemui bagian administrasi, memfotocopy berkas-berkas yang saya bawa, seperti paspor, ijazah yang sudah diterjemahkan dalam bahasa arab, dan lain-lain. Setelah menyerahkan berkas tersebut saya mendapatkan Roqm Tullab (No Pendaftaran Calon Mahasiswa Baru) dari bagian administrasi dan kertas penilaian untuk syekh penguji nya.
Sesudah mendapatkan berkas dari bagian administrasi UIM saya langsung dibawa ke tempat ujian. Ada beberapa tempat penguji sesuai dengan benua asal (jadi kalau kita dari Indonesia berati di tempat benua Asia). Qodarullah tempat ujian untuk benua Asia tutup (tidak ada syekh pengujinya), berhubung saya sampai di gedung penerimaan siang menjelang sore hari jadi beberapa syekh sudah pulang. Saya segera konfirmasi ke bagian administrasi mengenai hal tersebut dan saya diarahkan untuk ketempat yang syekh nya masih ada yakni di kantor penerimaan benua Eropa.
Saya langsung bergegas menuju kantor tersebut kemudian mengetuk pintu sembari salam dan memohon izin kepada syekh apakah berkenan menerima saya untuk muqobalah. Kantor tersebut terdapat 2 syekh dan setelah beliau berdua musyawarah alhamdulillah berkenan menerima saya untuk menguji saya sebagai calon mahasiswa baru.
Saya memasuki ruang tersebut memberikan kertas penilaian kemudian berbincang sederhana (tentu dengan bahasa arab) mengenai nama, asal dan lain sebagainya, salah satu dari syekh tersebut pernah berkunjung ke Indonesia dan beliau takjub terhadap keindahan Indonesia.
Setelah berbincang sederhana saya mulai dites dengan pertanyaan-pertanyaan:
1. Al Qur’an
- Sudah berapa juz kah saya hafal Al Qur’an?
- Syekh menyuruh saya membaca ayat Al Qur’an
- Syekh menyuruh saya melanjutkan ayat dari surat dalam Al Qur’an
2. Hadits
- Syekh membacakan hadist kemudian beliau menyuruh saya melanjutkannya
- Syekh membacakan hadits kemudian beliau menyuruh saya mengambil faedah dari hadits yang dibacakan tadi
- Syekh membacakan hadits kemudian bertanya siapa yang meriwayatkan hadist tersebut
3. Tsaqofah Islamiyah (Wawasan Keislaman)
Syekh pun berkata cukup, insyaAllah nanti kita akan bertemu kembali di jamiah ini, baarakallahu fiikum.
Ujian pun berakhir. saya berpamitan, salam kemudian meninggalkan ruangan.
Saya menuju ruang administrasi untuk penyelesaian berkas offline, dan pihak administrasi mengingatkan juga untuk segera menyelesaikan pemberkasan melalui online di web jamiah (universitas).
- - - - - - -
Sesampainya di Indonesia saya meminta tolong serta memasrahkan pemberkasan online kepada salah satu teman yang juga mendaftar UIM, karena pada saat itu saya masih belum tau menau mengenai cara pemberkasan UIM melalui web resmi nya. Waktu itu untuk masuk web resmi dari UIM menggunakan Roqm Tullab dan ini juga untuk mengecek status pendaftaran.
Pada saat pemberkasan online, waktu itu berkas yang saya upload di web tidak lengkap atau masih kurang beberapa berkas yang belum saya upload.
Alhasil tahun demi tahun telah berganti dan saya mendapat info bahwasannya UIM mengumumkan mahasiswa yang diterima di kampus tersebut, saat itu saya baru ingat kalau berkas yang saya kumpulkan belum clear, saya mencoba melihat status pendaftaran dan hasilnya adalah ‘silahkan melengkapi berkas anda’.
Mulai dari situ saya mencoba melengkapi berkas saya yang kurang di web resmi UIM dan saya upload semua kekurangan berkas-berkas tersebut. Setelah menunggu beberapa waktu saya mencoba mengcek status pendaftaran saya dan hasilnya, saya tidak diterima di universitas islam madinah.
Saran saya,
Bagi teman-teman yang mempunyai keinginan untuk diterima di Universitas Islam Madinah, silakan untuk mempersiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk mendaftar di kampus tersebut, tidak perlu menunggu pendaftaran dibuka terlebih dahulu.
Siapkan semuanya dengan matang, karena untuk proses pembuatan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk mendaftar itu tidak instan (langsung jadi), misalnya paspor tidak bisa langsung saat itu daftar dan saat itu langsung jadi dan juga untuk terjemah dokumen-dokumen ke bahasa arab dan lain sebagainya.
Maksimalkan waktu dan kesempatan yang ada untuk menggapai cita-cita
Baarakallah fiikum
Semoga cerita dari pengalaman pribadi ini dapat memberikan informasi juga bermanfaat dan menambah pengetahuan.
- Haula Haramain
0 Komentar